Pages

Ads 468x60px

Friday, December 16, 2011

Menanggapi Rating Investment Grade dan Kritikan Terhadap Utang Indonesia

Bangsa kita patut bersukur dengan upgrade yang dilakukan oleh Fitch Ratings terhadap prospek jangka panjang serta surat utang dalam denomenasi Rupiah Indonesia. Fitch Ratings memberikan peringkat BBB- terhadap Indonesia, dari sebelumnya BB+, dengan prospek (outlook) stabil. Rating BBB merupakan level terendah untuk bisa digolongkan dalam investment grade.

Rating “Investment Grade” lepas dari Indonesia pada tahun 1997, ketika terjadi krisis ekonomi di regional Asia, yang membuat sistem keuangan dan perbankan mayoritas negara-negara di Asia Tenggara kolaps.

Alasan yang diberikan oleh Fitch untuk mengganjar negara kita dengan rating layak investasi memang cukup logis. Likuiditas keuangan Indonesia saat ini sangat kuat, terlihat dari posisi cadangan devisa (FX reserves) sebesar USD111.3 miliar per November 2011, bandingkan dengan Januari 2010 sebesar USD69.6 miliar.

Perekonomian Indonesia yang bertumpu pada kekuatan domestik juga terbukti sangat kuat menghadapi terjangan krisis dari zona Eropa dan US yang terjadi saat ini. Inilah kelebihan dari perekonomian kita. Namun model perekonomian seperti ini juga mungkin tidak akan ikut menikmati ketika negara-negara lain mengalami pertumbuhan yang luar biasa, atau mungkin menikmati dalam porsi yang kecil.

Posisi utang pemerintah kita juga terus mengalami penurunan. Memang secara angka, tren utang kita adalah mengalami kenaikan, tetapi secara rasio terhadap PDB, angkanya terus menurun.

Inilah senjata yang sering dijadikan peluru oleh politisi Indonesia, mereka menyerang pemerintah dengan mengatakan bahwa jumlah utang kita terus mengalami peningkatan dibandingkan dengan dulu. Sangat tidak adil rasanya tudingan itu, karena mereka tidak melakukan perbandingan dengan pertumbuhan PDB kita yang juga sangat tinggi. Jadi secara rasio utang terhadap PDB, tren yang ada adalah penurunan jumlah hutang.

Saya jadi teringat dengan “Ten Principles of Economics” yang dikatakan oleh Gregory Mankiw-seorang profesor ekonomi di Harvard University-dalam buku Principles of Economics. Buku ini mungkin merupakan kitab suci pemikiran ekonomi makro modern. Sepuluh prinsip ini adalah merupakan aksioma dasar yang dipakai untuk berpikir ala ekonom. Dalam salah satu prinsip yang ketiga dikatakan “Rational People Think At The Margin”.

Berdasarkan aksioma dari Mankiw tersebut, mungkin kita bisa mengatakan politisi-politisi tersebut adalah berpikir tidak rasional karena mereka berpikir tidak secara rasio. Yang paling mengherankan adalah beberapa ekonom juga malah ikut-ikutan berpikir tidak rasional. Ya, mungkin mereka adalah beberapa ekonom yang hanya menempatkan diri sebagai ekonom oposisi terhadap pemerintah, jadi mereka tidak berusaha memandang suatu permasalah dengan objektif. Mereka adalah kritikus yang mengatas namakan idealisme dan nasionalisme. Anda bisa memperhatikan Rizal Ramli dan Kwik Kian Gie sebagai contohnya. Yah, mungkin wajarlah karena mereka adalah barisan sakit hati yang tidak mendapatkan tempat di kekuasaan saat ini.

Mari kita lupakan mereka, kembali ke topik awal. Dengan kenaikan rating ini, seharusnya posisi Indonesia sangat diuntungkan. Pemodal asing mungkin tidak akan ragu lagi berinvestasi di Indonesia. Beban bunga (interest) yang akan ditanggung pemerintah juga akan turun. Namun itu sebenarnya hanya ranking yang ada diatas kertas, untuk realisasinya kita masih harus menunggu di depan.

Secara nyata, pemerintah masih mempunyai pekerjaan rumah yang sangat banyak. Secara makro dan politik memang posisi Indonesia sudah relatif stabil, namun masih sangat sensitif dengan gangguan. Tantangan di depan masih banyak, era globalisasi menuntut kita harus mampu bersaing dengan pihak luar. Kita tidak akan mampu terus bertahan dengan menjadi jago kandang. Mungkin inilah yang menjadi tantangan utama yang akan kita hadapi di depan.





Arman Boy

Monday, November 28, 2011

Mengukur Efektivitas Penurunan BI Rate Terhadap Sektor Riil

Pihak pemerintah melalui BI sudah mengumumkan penurunan BI rate sebesar 50 bps dari sebelumnya 6,5% menjadi 6%. Deflasi yang terjadi di bulan Oktober menjadi alasan utamanya. Selain itu, pemerintah juga ingin menggerakkan pertumbuhan sektor riil melalui kebijakan suku bunga rendah. Dengan inflasi yang rendah, maka real interest rate Indonesia menjadi ketinggian sehingga wajar kalau BI rate diturunkan sebesar 50 bps, karena di negara lain bahkan real interest rate itu angkanya hampir sama dengan inflasi, dan bahkan ada yang negatif.

Penurunan BI rate yang sangat drastis ini diluar dugaan berbagai ekonom. Kebanyakan para pelaku pasar memprediksi ruang untuk penurunan hanya sebesar 25bps. Bahkan ada juga yang meramalkan bahwa BI rate bertahan di 6,5% untuk mengantisipasi tingginya inflasi di bulan Desember 2011 dan Januari 2012.

Sebenarnya tidak ada yang aneh dengan langkah penurunan rate yang sangat signifikan ini. Seperti yang kita ketahui, BI menjalankan kebijakannya berdasarkan Inflation Targeting Framework (ITF). ITF merupakan sebuah kerangka kebijakan moneter yang ditandai dengan pengumuman kepada publik mengenai target inflasi yang hendak dicapai dalam beberapa periode ke depan. Secara eksplisit dinyatakan bahwa inflasi yang rendah dan stabil merupakan tujuan utama dari kebijakan moneter.

Kemudian timbul pertanyaan “Efektifkah kebijakan penurunan BI rate tersebut?”. Hal ini mungkin adalah permasalahan yang sangat klasik di sektor perbankan Indonesia. Bank-bank di Indonesia terkenal sangat bandal dalam masalah suku bunga. Kebijakan suku bunga rendah oleh BI tidak merta merta diikuti dengan penurunan suku bunga kredit oleh bank-bank umum. Pemerintah juga tidak memiliki instrumen yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut. Yang sering dilakukan oleh BI hanya berupa himbauan moral (moral persuasion) kepada pihak perbankan.

Saat ini saja, rata-rata spread bunga deposito terhadap pinjaman di Indonesia mencapai 7%. Dengan kata lain bahwa dengan tidak melakukan apapun bank akan menikmati laba bersih yang tinggi. Akibatnya wajar saja operasional bisnis perbankan di Indonesia sangat jauh dari kata efisien.

Pihak perbankan beralasan bahwa ketatnya persaingan bisnis mengakibatkan mereka harus mempertahankan spread yang tinggi. Kita bisa bayangkan jika satu bank menurunkan suku bunga deposito sementara bank yang lain tidak ikut menurunkan suku bunga. Maka nasabah dari bank yang menurunkan suku bunga tersebut akan memindahkan dananya ke bank yang masih menawarkan suku bunga tinggi. Inilah alasan mereka tidak mau menurunkan suku bunga.

Solusi untuk mengatasi pernasalahan ini adalah pihak bank-bank besar duduk bersama dengan fasilitator pihak regulator atau asosiasi untuk mendiskusikan masalah ini. Kesepakatan bersama harus diambil terkait besaran suku bunga perbankan. Jika hal ini tidak dilakukan, kebijakan low interest ratedari BI tidak akan efektif, akibatnya sektor riil juga tetap tidak akan mampu bergerak sesuai ekspektasi. Pada akhirnya, yang menikmatinya adalah bank dengan margin keuntungan yang sangat besar.

Thursday, November 3, 2011

Indonesia Economic Update

Central Bureau of Statistics(BPS) has announced a deflation of 0,12% for October 2011. The main source of deflation is a decline in gold prices in October. For this year, deflation has occurred for 3 months, namely March, April, and October.

For cumulative from January to October 2011 inflation 2.81%. The government set a target of inflation at the beginning of the year by 5% for 2011, meaning the remaining 2.19% for 2 months.


Cumulatively, Indonesia's economic growth in the first half of 2011 compared with first half of 2010 grew by 6.5%. Draft Budget 2011 and BI targeting economic growth of 6.4% and from 6 to 6.5%.

So until now, Indonesia still recorded positive economic growth, where economic growth is greater than the inflation rate. When we give a scenario of inflation in November and December at 1.5%, where the inflation rate is usually elevated at the end of the year, then in 2011 Indonesia will record inflation of 4.31%. If we assume economic growth of 6.4% can be achieved this year with a 4.31% inflation, then in real terms Indonesian economy grew about 2%.

We are optimistic that economic growth (GDP) if it is reduced by inflation in 2011 will remain above 2%. Thus, so far we can say the government has managed to keep the pace of economic growth and keep inflation in the midst of a global crisis that is happening.

Arman Boy

Tuesday, May 24, 2011

Hedge Funds dan Peranannya Dalam Equilibrium Perekonomian Global

Tudingan negatif sering dilontarkan terhadap pasar keuangan. Dalam berbagai krisisis yang terjadi, pasar keuangan kerap dituding sebagai pemicu, sumber, atau memperparah krisis. Seperti krisis 2007, para hedge fund dituduh sebagai sumber krisis akibat sekuritisasi yang berlebihan pada produk investasi turunan dari kredit property.

Fungsi utama pasar keuangan sebenarnya adalah menjembatani antara pemodal yang memiliki dana lebih dengan entrepreneurs yang membutuhkan modal untuk menjalankan bisnis di sektor riil. Untuk itulah bermunculan produk-produk investasi saham dan obligasi. Dari kedua efek yang bersifat kepemilikan dan utang tersebut kemudian dimunculkan produk turunan seperti: Warrants, Options, CDOs, Future, Forward Contracts, dan banyak lagi produk yang lainnya.

Hedge fund banyak menanamkan modalnya di efek-efek derivative ini untuk mendatangkan keuntungan spektakuler. Leverage yang besar juga merupakan ciri khas dari hedge fund. Gordon Gekko menggambarkan tentang leverage dengan jelas dalam film Wall Street : Money Never Sleeps. Dengan aset sejuta Dolar, anda bisa menggunakan dana hingga seratus juta Dolar untuk bertaruh di pasar keuangan.

Long Term Capital Management (LTCM) adalah contoh gagal suatu hedge fund. LTCM dikomandoi puluhan ahli matematika, fisika, komputer, dan dua orang ekonom peraih nobel, yaitu: Myron Scholes dan Robert C.Merton. Myron Scholes adalah salah seorang penemu Black-Scholes Equation, yaitu model untuk valuasi options. Beberapa partner dari LTCM adalah Profesor di Harvard, Stanford, MIT, dan Doktor dari University of Chicago dan London School of Economics (LSE). Bisnis dan transaksi dijalankan dengan model-model matematika dan statistika yang sangat rumit serta mekanisme perdagangan yang sangat sophisticated. Tahun 1998, mereka mengalami kerugian lebih dari 2 miliar Dolar dalam hitungan minggu.

Tetapi saya memandang bahwa para spekulan dalam pasar keuangan juga memberikan peran yang sangat penting dalam membentuk equilibrium perekonomian global, tentu kita memandangnya harus secara global, bukan per negara. Para spekulator melakukan aksi sell besar-besaran terhadap minyak ketika harga hampir menyentuh $150 per Barel. Para hedge fund lah yang pertama menyadari bahwa bubbling sudah terjadi di pasar komoditas, walaupun mungkin mereka juga yang menciptakan. Aksi ini pada akhirnya akan membuat perekonomian kembali menemukan titik equilibrium baru pasca krisis, walaupun prosesnya memang menyakitkan bagi beberapa negara atau pihak yang dirugikan.

Salah satu instrumen investasi hedge fund adalah dengan mencari peluang arbitrase pada produk-produk keuangan dunia, misalnya dengan memanfaatkan perbedaan suku bunga dan nilai tukar. Mereka mampu melihat peluang arbitrase tanpa resiko dengan menggunakan model-model matematika yang canggih dan rumit, yang mungkin tidak akan bisa dilihat oleh pihak lain. Dengan demikian, hedge fund sudah berperan menciptakan pricing yang efektif dengan menghilangkan mispricing di pasar akibat ketidakefisienan pasar (price disparity). Untuk memahami sedikit tentang teori arbitrase, lihat bagian absolute purchasing power parity (http://armanboy.blogspot.com/2010/09/introduction-to-foreign-exchange_16.html).

Para spekulan juga ikut menciptakan likuiditas di pasar keuangan. Jika tidak terjadi likuiditas yang cukup di pasar keungan, tentu tidak akan banyak pihak yang tertarik mengalirkan dana ke pasar. Pada akhirnya suplai dana juga akan terbatas sehingga sektor riil juga tidak akan bergairah karena ketiadaan modal. Kalau BEI tidak memiliki likuiditas yang cukup, Saya yakin Credit Suisse, JP Morgan, atau Citi Securities tidak akan memasukkan dana miliaran Dolar ke Indonesia. Ya, suka atau tidak suka kita harus mengakui itu karena sekarang kita hidup dalam zaman pasar bebas.

Kita memang harus akui, secara nature, hedge fund itu memang sifatnya sangat spekulatif. Oleh sebab itu ditujukan kepada investor yang bisa dikatakan ‘the have”. Dengan kata lain, walaupun seluruh dana mereka habis, perut mereka tidak akan terancam. Dan jika produk mereka mampu memberikan return yang spektakuler, bukankah pada akhirnya dana itu akan mengalir ke sektor riil? Saya berani mengatakan bahwa tidak mungkin aliran uang hanya akan berputar di sektor keuangan, tetap pada akhirnya akan masuk ke sektor riil. Yang menjadi masalah sekarang adalah, seberapa bubbling dulu dana di sektor keuangan itu sebelum mengalir ke sektor riil? :D

Saturday, May 14, 2011

Hutang Dalam Konsep Personal Finance

Hutang, mungkin kata ini biasa kita dengar dalam kehidupan sehari-hari, bahkan mungkin sangat dekat dengan kita. Kalau Anda adalah pemegang salah satu kartu kredit, Saya pastikan Anda sangat dekat dengan hutang. Untuk perusahaan, hutang mungkin adalah istilah yang biasa. Anda mungkin sering membaca di koran tentang satu perusahaan yang akan menerbitkan obligasi. Nah, itu adalah surat hutang. Sangat jarang ada perusahaan yang neraca keuangannya melaporkan posisi hutang nol. Yang ingin kita bahas sekarang adalah apakah berhutang itu adalah buruk. Untuk memperjelas, Saya akan membedakan tulisan ini dua bagian, yaitu untuk keuangan personal dan perusahaan. Disini saya akan membahas hutang untuk keuangan personal, untuk perusahaan akan Saya bahas di tulisan berikutnya.

Debt for Personal Finance.

Untuk keuangan personal, hutang umumnya dibagi atas dua berdasarkan tujuannya : hutang konsumtif dan hutang produktif. Hutang konsumtif adalah hutang yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumsi dari manusia. Jadi manusia berutang terkadang bukan hanya untuk kebutuhan saja, tetapi juga untuk memenuhi keinginannya. Mobil, HP, atau barang konsumsi lain yang anda beli dengan kredit adalah contoh untuk hutang konsumtif.Hutang produktif adalah hutang yang digunakan untuk membiayai sesuatu yang bersifat produktif atau menghasilkan. Misalnya Anda meminjam uang dari perbankan untuk membuka warung.

Diantara kedua jenis hutang personal tersebut, yang manakah bersifat baik dan yang manakah bersifat buruk? Secara awam, mungkin kita akan langsung mengatakan bahwa hutang produktif adalah baik, dan hutang konsumtif adalah tidak baik. Tetapi kalau kita pikirkan lebih mendalam lagi, sebenarnya batas antara hutang tujuan konsumtif dan produktif bisa menjadi daerah abu-abu. Saya misalkan jika seseorang yang bekerja menjual jasa konsultasi, membeli mobil dengan cara kredit. Apakah ini adalah digolongkan terhadap hutang konsumtif? Ya tunggu dulu, jangan langsung mengiyakan. Bagaimana kalo misalnya jika mobil tersebut bertujuan untuk menunjang penampilannya sebagai seorang penjual jasa, sehingga dengan mengendarai kenderaan dia kelihatan lebih berkelas, sehingga dia bisa mendapatkan klien banyak dengan lebih mudah. Kalo ceritanya sudah begitu, ya mungkin itu sudah termasuk hutang produktif. Contoh lainnya misalkan seorang trader saham membeli gadget atau perangkat komputer terbaru dengan menggunakan kredit. Itu bisa digolongkan ke hutang tujuan produktif juga. Bukankah perangkatgadget tersebut akan membantu dia dalam melakukan transaksi saham yang didukung olehplatform canggih?

Sayangnya hutang yang banyak dimiliki oleh personal sekarang ini adalah hutang murni buat tujuan konsumtif. Ya, Saya yakin akan hal itu. Membeli gadget canggih hanya buat chatting, ngetweet, dan update status facebook. Membeli mobil hanya biar kelihatan gaya dan gampang menggaet wanita cantik. Ya, Saya juga sebenarnya tidak layak berkomentar untuk hal tersebut. Toh dia membayar kredit tersebut dengan uang orang tua atau uangnya sendiri, bukan uang Saya. Ya, Saya hanya memandangnya dari sudut keilmuan kok, tidak ada unsur sentimentalnya. :p

Utang personal untuk tujuan konsumtif inilah yang Saya perhatikan di masyarakat saat ini. Anda dapat dengan mudah membeli barang dengan kredit saat ini, kartu kredit juga sangat mudah didapatkan. Bahkan karyawan dengan penghasilan dibawah Rp 5 juta bisa mendapatkan kartu kredit platinum dengan limit hingga Rp 50 Juta per bulan. Betapa luar biasanya sektor perbankan kita. Saya prediksi, sekitar 4 atau 5 tahun kedepan kredit sektor konsumsi ini akan meledak di Indonesia, dan bisa memicu krisis ekonomi berikutnya. Jika angka kredit macet (NPL:non performing loan) perbankan meningkat tajam, bank akan mengalami krisis likuiditas. Akan banyak aset masyarakat disita oleh bank untuk melunasi kreditnya yang macet. Akan banyak korban berikutnya yang mati digebukin oleh debt collector. Bahkan mungkin pemerintah harus turun tangan memberikan bailout untuk menyelamatkan likuiditas perbankan. Mungkin semacam krisis akibat subprime mortgage di Amerika tahun 2007 lah. Mudah-mudahan prediksi Saya tidak akan terbukti.

Begitulah baik buruknya berutang itu. Saya tidak mengatakan berutang itu buruk, silahkan saja Anda berutang. Yang tahu tujuan Anda berutang adalah Anda sendiri. Saya tidak berhak untuk mengatakan seseorang yang membeli barang kreditan itu adalah buruk. Saya tidak berhak menghakimi. Kalau Anda merasa sanggup melunasi utang tersebut di masa depan, ya silahkan saja. Asalkan Anda tahu resiko yang ada di dalamnya. Toh sektor perbankan juga tidak akan bergairah kalau masyarakat tidak mau berutang ke bank. Bank Mandiri tidak akan sanggup mendapatkan laba bersih diatas Rp 9 T bila tidak didukung oleh kredit konsumtif. Bila sektor perbankan mengalami kelesuan, mungkin gaji bankir-bankir akan turun, atau mungkin akan banyak teman-teman FEUI saya yang di PHK dari bank.hehehe.

Hidup kapitalisme!!

Arman Boy

founder AB Capital

Saturday, May 7, 2011

Pencucian Uang : Apa dan Bagaimana?

Belakangan ini di Negara kita bermunculan skandal-skandal miring di sektor keuangan, lebih tepatnya mungkin masalah pencucian uang. Kasus pertama yang paling besar adalah kasus Gayus Tambunan yang menjual jasa di proses pengadilan banding pajak. Kasus kedua adalah skandal penggelapan dana deposito Elnusa oleh Direktur Keuangan Santun Nainggolan, yang berhasil menilep dana sekitar Rp 110 M.

Kasus terakhir yang baru mulai diberitakan kemarin adalah penggelapan dana Pemkab salah satu kabupaten di daerah Sumatera Utara sebesar Rp 80 M yang dilakukan oleh oknum pejabat daerah. Dan lucunya, deposito yang digelapkan dalam kasus Elnusa dan Pemkab itu disimpan di bank yang sama, yaitu Bank Mega cabang Jababeka. Hal yang menarik dalam kasus ini adalah, uang haram tersebut sama-sama dialirkan ke instrumen di pasar modal. Saya tidak akan membahas detail dari dari masing-masing kasus disini, karena anda bisa mendapatkannya di media massa.

Secara umum, uang yang dimaksudkan sebagai uang kotor (dirty money) adalah :

  • Uang hasil tindak kriminal (perampokan bank, jual beli manusia, bisnis obat bius, terorisme)
  • Uang hasil korupsi
  • Uang hasil penggelapan pajak (tax evation)

Pencucian uang itu bisa diartikan sebagai proses untuk menjadikan uang kotor menjadi seolah-olah halal dan legal. Proses pencucian uang ini biasanya memakan biaya yang tinggi. Misalnya seorang ingin mencuci uang hasil korupsi dengan memasukkannya ke sistem perbankan Indonesia. Seseorang tersebut mungkin akan menyuap pihak perbankan agar dana tersebut bias disimpan dalam bentuk deposito. Karena menurut regulasi, jika setoran diatas Rp 500 Juta (kalau tidak salah), harus diwawancarai oleh pihak bank untuk mengetahui darimana sumber-sumber dana tersebut. Jadi dalam proses pencucian uang tersebut, pemilik akan melakukan suap terhadap pihak yang berkepentingan.

Salah satu metode pencucian uang yang paling popular adalah dengan memanfaatkan negara-negara yang biasa disebut dengan tax haven country. Metode ini biasa disebut dengan offshore conversion. Uang akan disimpan di negara tersebut dengan mendirikan perusahaan investasi (SPC : Special Purpose Company), dan kemudian dialirkan untuk investasi dengan membeli aset atau perusahaan. Negara yang digolongkan sebagai tax haven country ini memiliki hukum perpajakan yang sangat longgar, bank sangat merahasiakan data nasabah sehingga orang lain tidak mungkin akan mengetahui, serta prosedur bisnis yang sangat mudah sehingga suatu transaksi bisnis sangat terjamin kerahasiaannya. Negara-negara yang digolongkan sebagai tax haven country tersebar di seluruh dunia.

Negara yang lazim digunakan orang untuk pencucian uang adalah :

  • Afrika : Djibouti, Liberia, Mauritius, Seychelles, Tangier.
  • Asia Pasific : Australian, Cook Island, Guam, Hong Kong, Jepang, Makau, Malaysia, Marianas, Marshall Island, Mikronesia, Nauru, Niue, Filipina, Singapura, Thailand, Vanuatu, Samoa Barat.
  • Eropa : Austria, Andorra, Campione, Siprus, Gibraltar, Guernsey, Hongaria, Irlandia, Sark, Pulau Man, Jersey, Liechttenstein, Luksemburg, Malta, Madeira, Monako, Belanda, Rusia, Swiss, Inggris.
  • Timur Tengah : Bahrain, Dubai, Israel, Kuwait, Lebanon, Oman.
  • Barat : Antigua, Anguilla, Aruba, Bahamas, Barbados, Belize, Bermuda, Virgin Islands, Cayman Islands,Kostarika, Dominika, Grenada, Montserrat, Antilles, St. Vincent, Grenadine, Turki, Kaikos, dan Uruguay.

Fakta menarik dari negara-negara ini adalah perputaran uang melalui pusat-pusat keuangan bebas pajak tersebut adalah sangat fantastis. Tahun 1990 di US, 0,1% dari sekitar 700.000 transfer elektronik setiap hari merupakan pencucian uang, yang nilainya sekitar $ 300 Juta. Itu tahun 1990, sekarang mungkin sudah meningkat hingga 10 kali lipat, mengingat semakin kompleksnya bisnis. Sembilan pusat keuangan di Karibia dihuni oleh setengah jumlah perusahaan asuransi dunia. Cayman Island juga merupakan pusat perusahaan keuangan terbesar kelima di dunia setelah London, New York, Tokyo, dan Hong Kong. Di Antigua, jika memiliki uang $ 1 Juta anda dapat dengan mudah membuka bank tanpa harus membuat laporan dan memenuhi ketentuan hukum, cukup dengan satu ruangan lengkap dengan line telepon. Di Virgin Island, jumlah perusahaan keuangan yang tercatat di wilayah tersebut melebihi jumlah penduduknya. Sudah menjadi rahasia orang-orang yang berkecimpung di dunia keuangan bahwa negara-negara tersebut dipenuhi oleh perusahaan yang hanya ada diatas kertas (paper company), dimana aktivitas bisnis mereka sebenarnya berlangsung di negara-negara lain.

Di dalam negeri, kelompok bisnis Bakrie juga kerap mendirikan bisnis dengan pusat di negara-negara tax haven tersebut. Anda bisa cek di Annual Report PT. Bakrie & Brothers, induk dari semua bisnis keluarga Bakrie. Tapi bukan berarti Saya mengatakan Bakrie sebagai pencucian uang loh. :D

Kasus berhubungan dengan pencucian uang sebenarnya bukan hal baru di Indonesia. Pada masa kucuran dana talangan BLBI dulu, kasus pencucian uang sebenarnya sudah ramai dibahas. Tapi entah mengapa, kasusnya tidak ada satu pun yang tuntas. Ya menurut Saya, kasus pencucian uang ini akan tetap ada di dunia sepanjang peradaban manusia, karena memang greedy itu sudah merupakan sifat dasar manusia. :p. Secanggih apa pun sistem kontrol untuk pencegahan pencucian uang, tetap saja banyak celah di dalamnya. Namanya juga sistem, ya sudah pasti tidak ada yang sempurna.

Arman Boy

founder AB Capital

Saturday, March 12, 2011

Apa Kabar Indonesia? An Update From Indonesia & Global Economics

Mulai tingginya angka inflasi tahun 2011 akibat lonjakan harga komoditas menjadi tantangan ekonomi tahun ini. Lonjakan harga komoditas terutama terjadi pada minyak bumi dan bahan pangan. Harga minyak bumi yang terus naik disebabkan oleh kerusuhan yang terjadi di negara-negara pengekspor minyak besar dunia di Timur Tengah. Sedangkan lonjakan harga komoditas pangan lebih disebabkan perubahan iklim yang menyebabkan terjadinya gagal panen atau hasil panen yang tidak sesuai dengan harapan.


Inflation VS Economic Growth

Inflasi Indonesia secara kumulatif untuk tahun ini sudah mencapai 1,03%, yaitu 0,89% Januari dan 0,13% untuk Februari. Sementara Bank Indonesia memasang target inflasi 2011 sebesar 5%. Biasanya inflasi akan meninggi di pertengahan dan akhir tahun. Jadi pemerintah menurut kami akan sangat kesulitan menjaga laju inflasi agar sesuai dengan target tersebut. Kami yakin angka inflasi tahun ini akan berada diatas 6%.

Untuk target pertumbuhan ekonomi tahun ini menurut RAPBN adalah 6,4% dan menurut BI 6-6,5%. Yang dapat dilakukan pemerintah adalah menjaga laju inflasi agar tetap dibawah pertumbuhan PDB, sehingga pertumbuhan ekonomi yang positif tetap terjadi (real economic growth).


Effects From Oil Price

Harga minyak bumi saat ini sudah berada diatas level $100 per barel, seiring kondisi Timur Tengah yang tidak kondusif. Wajar saja sebab Arab Saudi, Libya, dan Iran berkontribusi sekitar 19% dari total produksi minyak dunia. Dan Indonesia adalah negara yang mempunyai eksposur yang sangat tinggi terhadap harga minyak bumi. Harga minyak yang tinggi akan membebani anggaran pemerintah akibat meningkatnya jumlah subsidi BBM yang harus ditanggung sehingga semakin memperbesar defisit fiskal. Pendapatan perusahaan-perusahaan yang banyak menggunakan BBM juga akan terganggu akibat meningkatnya cost. Pada akhirnya harga – harga barang akan semakin mahal sehingga inflasi juga meningkat.


Update From Indonesia Capital Market

Kami memandang pasar saham Indonesia adalah salah satu tempat berinvestasi yang berpotensi memberikan return yang spektakuler. Aliran dana asing yang terus masuk ke dalam negeri melalui pasar obligasi dan pasar saham akan menghidupkan sektor keuangan (belum tentu untuk sektor riil). Untuk bulan Februari saja, BI melaporkan dana asing yang masuk melalui pasar Surat Utang Negara (SUN) dan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) sebesar Rp 27 T. Efeknya nilai Rupiah juga terus mengalami apresiasi akibat melimpahnya suplai Dolar.

Saat ini pasar saham memang masih cenderung mengalami ketidakpastian, tapi untuk jangka panjang kami masih melihat tren bullish untuk Indonesia. Inflasi yang tinggi dan suku bunga yang masih relatif rendah seharusnya membuat pasar modal masih sangat menarik sebagai instrumen investasi, dibandingkan dengan emas sebagai instrumen safe haven tentunya. J


Arman Boy

Equity Research Analyst AmCapital Indonesia