Lin Che Wei pernah mengatakan bahwa Grup Bakrie memiliki 9 nyawa sehingga sangat susah untuk ambruk. Beliau menganalogikan seperti kucing yang baru kehilangan lima nyawa, jadi masih ada sisa 4 nyawa lagi. Bukti dari perkataan analis keuangan yang sangat saya kagumi di Indonesia ini mungkin sudah ada di depan mata saat ini.
Sangat
layak juga Nirwan Bakrie sebagai front-man
bisnis keluarga ini mendapat julukan “the
man with a thousand-ways out”.
Sengketa
untuk menjadi pengendali cadangan batubara terbesar di Indonesia antara dua
dinasti legendaris, Bakrie dan Rothschild, saat ini telah memasuki babak baru. Telah
terjadi banyak manuver yang kadang tidak
terprediksi antara kedua belah pihak. Menarik memang mengikuti ceritanya,
mengingat background Bakrie sebagai
politisi di negeri ini. Sedikit banyak, setiap ceritanya pasti terkait dengan
politik.
Dan
ceritanya semakin menarik lagi, sebab Si Raja Media yang saat ini sedang
belajar politik, Hary Tanoe, juga sudah ikut terseret ke dalam pusaran,
mengikuti jejak Samin Tan (Borneo) dan Rosan Roeslani (Bukit Mutiara,
Recapital).
Akhir
tahun 2012, Bakrie telah mengajukan proposal cerai dengan BUMI Plc. Skema
transaksinya adalah Bakrie melepas 23,8% kepemilikan mereka di BUMI Plc, dan
BUMI Plc kemudian melepas 10,8% kepemilikan di BUMI Resources kepada keluarga
Bakrie. Sisa 18,9% kepemilikan BUMI Plc atas BUMI Resources akan dibeli
keluarga Bakrie sebesar USD 278 juta secara tunai.
Dan
tampaknya manajemen BUMI Plc lebih memihak kepada proposal yang diajukan Bakrie,
dan itu membuat keluarga Rothschild berang. Rothschild menuntut diadakannya
RUPS dengan agenda penggantian manajemen yang direncanakan pada 21 Februari
2012, 2 hari lagi dari sekarang.
Voting
yang akan dilakukan dalam RUPS nanti jelas susah diprediksi. Secara
kepemilikan, pemegang saham di Indonesia Bakrie CS (Bakrie, Borneo, dan Recapital)
memang mencapai 57%. Namun UK Takeover Plan mengatakan bahwa mereka bertiga
adalah pihak acting in concert atau
berada pada satu pihak, sehingga ditetapkan bahwa hak suara dari kelompok ini
hanya sebesar 29,9% (sebesar kepemilikan Bakrie dan Samin Tan melalui Long Haul
Holdings).
Nathaniel
Rothschild sebelumnya memiliki saham dengan kepemilikan suara sebesar 11,9%,
namun dia mengklaim telah meningkatkan kepemilikan menjadi 18,2% melalui secondary market di London Stocks Exchange.
Kepemilikan
suara minoritas yang lain diklaim lebih memihak kepada Rothschild. The Telegraph Minggu 17 Februari 2013 melaporkan bahwa Rothschild dan St James’ Master Fund sudah menguasai 25,2% hak
suara. Schroder Investment Ltd, yang mengendalikan 4,2% hak suara juga ada di
pihak Rothschild.
Jika
kepemilikan minoritas ini digabungkan dengan kepemilikan suara Rothschild,
persaingan antara Bakrie dan Rothschild akan sangat ketat dalam voting (Bakrie
CS 29,9% VS Rothschild CS 29,4%).
Jadi
untuk bisa menjadi pemenang pada saat voting, kedua pihak masih sangat
bergantung pada kepemilikan minoritas yang lain, seperti Abu Dhabi Investment
Council dan Black Rock Capital.
Nat
Rothschild sudah sangat yakin akan memenangkan voting. Nat berkata kepada
Sunday Times: “We are going to win by a convincing margin. It’s almost
arithmetically impossible for the other side (Bakrie CS) to win.”
Pada
acara Economic Challenge di Metro TV minggu lalu, Samin Tan muncul bersama
Menteri ESDM Jero Wacik membahas tentang isu ketahanan energi, dengan mengambil
studi kasus sangketa memperebutkan BUMI Resources. Terlihat pihak Bakrie sedang
mencoba mengajak pemerintah dan publik Indonesia untuk membantu mereka.
Ah
ini sudah tidak waras, sangketa murni bisnis kok dihubung-hubungkan dengan isu
nasionalisme dan ketahanan energi. Propaganda media mereka terlalu kasar.
Lagian saya tahu persis Samin Tan itu bukan orang yang biasa tampil di media,
jadi bisa kita pastikan kalau dia memiliki tujuan yang sangat strategis
sehingga mau tampil live di tv.
Bakrie
tidak pernah menyerah dan terus melakukan manuver, dan akhirnya mereka
melakukan gerilya yang sangat mengejutkan.
Kemarin, 18 Februari 2013, tepat 3 hari sebelum pelaksanaan RUPS, Recapital yang
sebelumnya dianggap acting in concert
dengan Bakrie, melepas 13,4% kepemilikannya kepada tiga pihak, salah seorang
adalah Hary Tanoesodibjo. Recapital melepas 3 juta lembar saham kepada Flaming
Luck Investments Ltd (vehicle milik Hary Tanoe); Avenue Luxemburg SARL 13,67
juta saham; dan Argyle Street Management Limited 7,536 juta lembar saham.
UK
Takeover Plan juga sudah memutuskan bahwa ketiga pihak ini tidak acting in concert dan memiliki hak suara
sebesar kepemilikan pada RUPS 21 Februari 2013.
Jelas
ini adalah manuver untuk menguntungkan Bakrie pada saat RUPS nanti. Jika
pemilik hak suara baru ini digabung dengan Bakrie, maka hak suara meningkat
menjadi 43,3%. Ini lebih dari cukup untuk memenangkan Bakrie. Manuver sederhana
yang sangat luar biasa cerdik.
“Transaksi
ini sangat tidak transparan, Recapital tidak mendisclose semua informasi,
termasuk closing transaksi di harga berapa, Saya mencurigai transaksi ini hanya
repo antara Bakrie dengan Hary Tanoe,” Seorang rekan saya manajer investasi
berkata.
Kecurigaan ini
memang sangat wajar jika melihat track-record
keluarga Bakrie yang sering menggunakan fasilitas repo.
Namun
jika dilihat dari persentase, kepemilikan Hary Tanoe tersebut hanya sebesar 1,65%.
Bagaimana mungkin bisa kita sebut HT bertujuan untuk membantu menyelamatkan
Bakrie?
“Ah,
lo kira Bakrie CS itu orang bego!” Seorang teman investigator bisnis
berkomentar sambil tertawa. “Hary Tanoe sengaja didisain memberikan hak suara
yang 1,65% kepada Rothschild untuk mencegah kecurigaan dan kemungkinan
investigasi oleh regulator”.
“Jangan
terlalu polos teman, ini adalah bisnis hidup mati dan pride, bahkan membunuh
orang pun terkadang harus tega, gimana caranya kaya kalo hati selalu dibawa
bersama kepala,” seorang teman menasihati saya. “Kamu kan sudah lebih dari 5
tahun akrab dengan dunia seperti ini”.
Aha,
Saya akhirnya menemukan benang merah dari semua kejadian ini. Itu mungkin
menjadi alasan kenapa HT mengulur deklarasi masuk Hanura hingga hari Minggu
kemarin. Dan jika HT betul didisain untuk memberikan hak suara melawan Bakrie,
ini pararel dengan keputusan HT tanggal 17 Februari 2013 untuk memasuki Partai
Hanura, bukan Partai Golkar.
“Udah
deh, HT udah bantu Bakrie lawan Rothshild, VIVA (saham media induk TV One,
ANTV, dan Vivanews) akan jatuh ke HT,”
seorang teman jurnalis senior berspekulasi.
Ini
mungkin akan menjadi kode untuk kejadian besar selanjutnya, sekaligus menjadi titik terang rumor penjualan VIVA kepada Grup MNC yang dimiliki Hary Tanoe.
Seorang
teman ‘aliran kitab suci’ menyerang saya dengan argumen kosong: “Boy, kenapa
sih terlalu pesimis memandang transaksi bisnis ini, Hary Tanoe itu kan orang yang
sangat relijius, jadi tidak mungkin dia seperti itu”.
Saya
jawab dengan tertawa: “Iya kawan, profesi saya dibayar untuk selalu memandang manusia
dari view skeptis, saya selalu berangkat dari asumsi awal bahwa setiap
transaksi yang melibatkan uang itu sarat dengan intrik. Dan sejauh ini, asumsi
saya itu selalu terbukti. Dan kebetulan pula profesi seperti saya selalu
dibayar berlipat lebih banyak daripada profesi kamu.”
Saya
bukan seperti analis ‘pinter’ lulusan FEUI dan MBA US yang selalu
merekomendasikan buy, tak peduli
seberapa hancur isi keuangan dan manajemen perusahaan itu. Saya bukan seperti
profesional ‘bersih’ yang membuang hati nurani di tong sampah demi segepok
Dolar. Saya bukan pula kaum Utopis yang selalu memandang kehidupan begitu indah
dan ideal.
Ah...itupun
saya mungkin tak lebih dari hanya sekedar menjalankan panggilan profesi. Kita
memang di dunia tidak lebih dari hanya menjalankan peran saja. Manusia hanyalah
aktor dari cerita kehidupan masing-masing, kita hanya akan diukur dari
kemampuan dramatisasi.
2 comments:
Inti nya Beli apa nih?
Sambil ngopi&rokok.
VIVA udah keburu terbang.
Post a Comment