Salah satu media nasional tanggal 2 November 2012 menulis: “Menteri Energi
dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik berhasil meyakinkan perusahaan minyak
Inggris British Petroleum (BP) untuk berinvestasi di Indonesia...”
Sedikit heran membacanya. Apakah ini tidak terbalik? Layaknya BP lah yang
harus meyakinkan pemerintah Indonesia. Ya, mungkin ini hanya permainan
kata-kata dalam rilis ke media lokal untuk mengkondisikan bahwa secara posisi tawar Indonesia ada diatas.
Dan ketika saya melihat press release yang diberikan oleh BP kepada media
di inggris, terlihat ada nada yang berbeda. Mereka menulis “Indonesia’s Ministry of Energy and Mineral Resources and oil and gas
executive agency BPMIGAS have approved in principle the Plan of Further
Development (POFD)...”
“No free lunch”. Saya langsung mengingat istilah ini ketika pertama kali
mendengar Kerajaan Inggris akan menganugerahkan gelar “Knighthood” kepada
Presiden SBY dalam satu kunjungan kenegaraan resmi ke London. Presiden SBY sudah
jelas merupakan tipikal masyarakat Indonesia umumnya, senang dengan gelar dan
pujian. Inggris sangat memahami psikologis ini.
Namun pemerintahan Presiden SBY sebenarnya tidak akan berumur lama lagi,
tinggal menyisakan hingga 2014. Berarti ada sesuatu yang sangat penting bagi
Inggris dalam sisa umur pemerintahan SBY ini. Kalau memang Inggris bertujuan
untuk kepentingan jangka panjang, bukankah akan lebih baik jika mereka mendekati kandidat calon-calon presiden: Dahlan
Iskan, Ical, Prabowo, atau Gita Wirjawan?
Hmm, berarti Inggris memiliki kepentingan untuk jangka pendek, setidaknya
dalam sisa masa pemerintahan SBY ini.
BP memang merupakan operator blok Gas dan Minyak Bumi Tangguh di Papua,
yang katanya merupakan salah satu blok terbesar yang ada di negeri ini. Dan
saat ini pemerintah sedang melakukan pembenahan dalam pengelolaan blok migas.
Dan Blok Tangguh merupakan salah satu isu hangat, termasuk rencana negosiasi
harga yang selama ini cenderung merugikan Indonesia. Rencana harga negosiasi
baru ini akan mulai diterapkan pada akhir 2013 - awal 2014. Berarti masih dalam
rentang waktu pemerintahan SBY.
Yes, we got the point!
Siaran pers Kementerian ESDM mengatakan bahwa sebelum kunjungan kenegaraan
tersebut, telah dilaksanakan the 1st RI - UK Energy Dialogue pada 29 - 30
Oktober 2012, yang merupakan forum tukar menukar informasi di bidang minyak dan
gas bumi, kelistrikan, mineral dan batubara, teknologi ramah lingkungan serta
perencanaan energi. Dalam pertemuan tersebut dihasilkan beberapa kesepakatan,
diantaranya adalah kesepakatan kerja sama dalam bidang energy modeling, carbon
capture and storage project (CCS) dan laboratorium energi masa depan.
Ini pernyataan yang terlalu membosankan, tidak ada sesuatu yang menarik...
Selain itu, dalam pertemuan tersebut juga dibahas konsep Joint of Arrangement (JoA) on Energy
antara Indonesia dan Inggris, yang ditandatangani pada hari Kamis 01 Nopember
2012. JoA on Energy fokus kepada isu-isu energi yang spesifik dan identifikasi
peningkatkan kerjasama antar kedua negara, dan disepakati untuk melaksanakan
pertemuan rutin minimal 2 tahun sekali.
Ini masih terlalu umum dan buram, mari kita lihat lebih detil lagi wujud
kerjasamanya...
Kunjungan Menteri ESDM juga bertujuan untuk meyakinkan BP untuk
berinvestasi sebesar 12 miliar USD dalam pembangunan Kilang Train-3 lapangan
Tangguh dan Premier Oil yang akan
melakukan investasi sebesar 700 juta USD di Indonesia.
Hmm.. akhirnya kita menemukan sesuatu yang menarik.
Pada Mei lalu, presiden sudah pernah bertemu dengan CEO BP Bob Dudley di
Jakarta. Apa yang mereka bicarakan? Pernyataan ke publik memang tidak terlalu
menarik, BP hanya dikatakan berkomitmen untuk melakukan investasi pengembagan
energi geothermal di Indonesia. BP juga setuju untuk menransfer 230 kaki kubik
gas per hari dari lapangan Tangguh di Papua untuk industri dalam negeri.
Apakah kita percaya mereka hanya membicarakan tentang ini? Kelihatannya
terlalu remeh dibicarakan untuk diplomasi level seorang presiden. Mereka pasti menyembunyikan sesuatu ke publik.
Setelah pertemuan bilateral diadakan dalam kunjungan ke London tersebut, Perdana
Menteri Inggris David Cameron menyatakan persetujuan POFD adalah berita yang
besar bagi BP. Persetujuan ini kata dia, merupakan dorongan besar untuk Inggris
melakukan perdagangan dan investasi yang lebih luas pada pasar yang berada di negara tersebut.
Akhirnya saya memahami urgensi kepentingan bisnis BP untuk Kerajaan
Inggris.
BP Regional President Asia Pacific, William Lin mengatakan proyek Tangguh
akan bermanfaat dalam menunjang permintaan energi di Indonesia dan juga daerah
Asia Pasifik secara lebih luas. Hal ini membawa dampak yang bermanfaat bagi
Indonesia khususnya masyarakat lokal di Papua Barat.
Hahahaa. Tidakkah akan lebih elegan jika anda mengatakan bahwa proyek
Tangguh ini akan menguntungkan untuk kita semua?
Dan pihak istana sibuk membantah bahwa penganugerahan gelar “Ksatria” untuk
Presiden SBY ada hubungan dengan renegosiasi Blok Tangguh.
Ya, memang sudah tugas mereka untuk membantah isu publik yang bisa melemahkan
pemerintahan.
Tetapi perlu kalian sadari, kami bukan orang bodoh yang akan menelan
mentah-mentah apa yang media lokal Indonesia atau press release istana kepada publik. Kami punya akses ke media internasional
sehingga kami bisa mencari tahu apa sebenarnya yang terjadi.
Anyway, putra Presiden SBY, Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) ternyata ikut
dalam kunjungan kenegaraan tersebut dan sibuk menulis tweet dan upload
foto-foto selama perjalanan di London, termasuk ketika menginap di salah satu
hotel termewah di jantung kota London JW Marriott Grosvenor House Hotel. Ibas sepertinya sangat menikmati "kunjungan wisata" ke
London tersebut.
Ibas melalui akun @Edhie_Baskoro mengunggah satu foto dan menulis: “One of
beautiful side inside the Kew Gardens.” Aktivis Fadjroel Rachman membalas dengan
menulis: “Bos, lapor bokapmu,14 tewas di Lamsel, 2000-an pengungsi terancam
& krg makan.”
Hahaha.. Saya hanya tertawa. Another paradox!!
0 comments:
Post a Comment