Akhirnya ambisi Chairul Tanjung (CT) untuk menguasai 100%
Carrefour Indonesia tercapai, menjawab desas-desus yang sudah beredar
belakangan ini. CT Corpora melalui PT Trans Retail berhasil mengambil alih sisa
60% kepemilikan di Carrefour dengan nilai transaksi sebesar EUR 525 juta (USD
673m), setelah
sebelumnya sudah menguasai 40% melalui akuisisi
pada tahun 2010 dengan nilai transaksi IDR 3 triliun. Dengan valuasi
Carrefour Indonesia senilai EUR
830juta dan jumlah
otlet 85 unit yang tersebar di 28 kota Indonesia, menjadikan Chairul sebagai
raja peritel Indonesia.
Bagi Carrefour Global, ini merupakan langkah
exit melalui divestasi yang kesekian kali, setelah sebelumnya melakukan hal yang sama terhadap
unit bisnis mereka di Malaysia, Kolumbia, Yunani, dan Singapura. Carrefour
Global sedang menjalankan strategi baru untuk berfokus di wilayah Eropa, China,
dan Amerika Selatan.
Sudah sejak lama pula CT mengemukakan
ambisinya untuk mengendalikan penuh Carrefour Asia Tenggara dan Indonesia. Namun
transaksi tersebut gagal karena Carrefour Malaysia diserahkan kepada Khazanah Nasional
dan unit Thailand kepada Casio.
Spekulasi yang beredar mengatakan bahwa
sejak awal peran presiden tidak bisa dilepaskan dalam transaksi ini. Pada tahun
2010, masuknya Chairul Tanjung ke Carrefour Indonesia dinilai merupakan strategi dari Carrefour International untuk mengamankan
bisnisnya di Indonesia dan membantu menyelamatkan Carrefour Indonesia dari
tekanan bisnis yang dilakukan oleh Grup Lippo. Lippo Hypermart dan Carrefour merupakan 2 pemain utama di bisnis
supermarket di Indonesia yang saling bersaing. Carrefour juga
sering dituduh melakukan tekanan kepada pemasok (supplier) untuk menjual harga
murah ke Carrefour.
Chairul Tanjung muncul sebagai fenomena
baru saat ini. Pada tahun 2012, Forbes menyebutkan Chairul Tanjung sebagai “the rising star” Indonesia dan memasukkan ke dalam daftar
1.000 orang terkaya di dunia. Chairul berada di peringkat 634 dengan kekayaan
USD 2 miliar. Konglomerasi bisnis Chairul Tanjung bernaung dibawah CT Corpora
dengan total aset sekitar USD 7 miliar per Desember 2010.
Di bidang media, Trans Corp mengelola
stasiun televisi Trans TV dan Trans 7, dan portal berita online detik.com yang
merupakan situs berita terbesar di Indonesia dengan pembaca aktif sekitar 3
juta orang per hari. Trans Corp menguasai media detik.com pada Juli 2011
melalui akuisisi senilai USD 60 juta, yang merupakan nilai transaksi terbesar
untuk bisnis media online di Indonesia.
Di industri lifestyle, CT memiliki
franchise eksklusif untuk 22 merek internasional papan atas yang beroperasi di
hampir 100 butik di 5 kota besar (Jakarta, Bandung, Surabaya, Makassar, dan
Medan). Selain itu, Para Group juga memiliki Coffee Bean, Baskin Robbins, biro
travel terkemuka Antatour dan Vayatour, dan Metro Department Store.
Trans Corp juga mengoperasikan arena
taman hiburan Trans Studio di Makassar dan Bandung. Chairul berencana akan
mendirikan Trans Studio di 20 kota dengan nilai investasi sekitar IDR 20
triliun.
Di bidang penguasaan SDA, CT Global
Resources merupakan holding untuk bisnis Chairul Tanjung di sektor perkebunan,
energy, pertambangan, pertanian, dan infrastruktur. Portofolio utama di sektor
ini adalah CT Agro, memegang konsesi 60.000 hektar perkebunan kelapa sawit di
daerah Kalimantan. Memang unit bisnis CT di sektor ini belum terlihat
kiprahnya.
Di dunia politik, Chairul
menjabat sebagai Ketua Komite Ekonomi Nasional (KEN) dibawah pemerintahan
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sejak Juni 2010. Institusi ini di bawah
Presiden dan bertanggung jawab terhadap Presiden, tapi tidak bertanggung jawab
pada menteri melainkan berkoordinasi dengan Menko Perekonomian. KEN beranggotakan beberapa ekonom dan konglomerat terkenal
di Indonesia. Mayoritas mereka ini adalah tokoh-tokoh yang ikut membantu
terpilihnya SBY sebagai Presiden sehingga sangat kental dengan aroma balas jasa.
Tokoh-tokoh lain yang tergabung dalam KEN adalah: Chatib Basri, Aviliani,
Sandiaga Uno, TP Rachmat, Faisal Basri, Raden Pardede, Erwin Aksa, James Riady,
Peter Gontha, Hartati Murdaya, dll.
Chairul Tanjung memang memiliki track
record yang masih positif di Indonesia. Konsolidasi seluruh bisnisnya ke dalam
CT Corp terjadi di Era Reformasi sehingga stigma negatif pebisnis warisan rezim
Soeharto tidak dialami oleh Chairul dan perusahaannya. Chairul Tanjung tidak
pernah terlibat dengan dana BLBI sebagai dosa terbesar mayoritas pengusaha
besar Orde Baru. Namun, posisi Chairul Tanjung sebagai ketua Komite Ekonomi
Nasional dinilai juga mengalami conflict
of interests, sebab CT adalah
seorang konglomerat nasional yang merupakan penyumbang terhadap kampanya
pemenangan Presiden SBY.
Sepertinya akan banyak kejutan-kejutan
lain di depan dari tokoh ini. Untuk mengendalikan isu dan konsensus publik: CT
sudah memiliki media dan dekat dengan Hendropriyono (baca disini), untuk mengendalikan
perut masyarakat: CT sudah memiliki Carrefour, untuk mengendalikan presiden dan
kebijakan ekonomi: CT sudah menjadi ketua KEN, untuk mengendalikan aliran uang:
CT sudah memiliki Bank Mega, apalagi yang kurang? Mari kita ikuti manuver orang
penting ini.
1 comments:
mantap,,,,
Post a Comment