Beberapa
kali saya melihat beliau dengan langsung, terasa sosok yang high profile dan sangat berkelas – ciri khas dari seorang
Wall Street guy. Kharisma dan kepintarannya pun keluar ketika berbicara tentang
pertumbuhan ekonomi, cost of capital,
convertible debts, mezzazine financing, dan terminologi lain yang akrab
bagi yang berkutat di sektor keuangan.
Gita
Wirjawan adalah success story dari
seorang investment banker. Tak
heran pula banyak banker-banker investasi muda
di Indonesia menjadikan beliau sebagai panutan. Profesi
ini memang belum familiar bagi orang Indonesia. Selain beliau,
mungkin ada muncul nama Sandiaga Uno (Saratoga, Recapital), Patrick Walujo
(Northstar Pacific), dan Tom Lembong (Quvat Capital – Principia Management).
Background
Gita memang
bukan orang biasa, terlahir dari keluarga ningrat
dengan latar
belakang keluarga santri yang terpelajar. Keluarga mereka tumbuh dalam intelektualitas
yang sangat baik. Alissa Wahid pernah berkata bahwa mereka masih memiliki
kekerabatan sebagai keturunan pendiri Muhammadiyah.
Gita
terlahir pada 21 September 1965 dari pasangan
diplomat Wirjawan Djojosoegito dan Paula Warokka. Ayahnya
adalah Dokter perwakilan Indonesia di WHO yang sering
berpindah tugas keliling dunia. Ini membuatnya
tumbuh menjadi sosok internasionalis, biasa bergaul dengan masyarakat antar
negara sehingga memiliki pandangan yang sangat terbuka. Tidak heran Gita juga
memiliki kemampuan Bahasa Inggris yang persis seperti penutur asli.
Keluarga
Wirjawan sukses menjadi profesional keuangan. Gita
merupakan anak paling muda dari lima bersaudara. Dian Budiman
Wirjawan pernah menjabat Dirut PT Danareksa menggantikan Glenn
Yusuf. Wibowo Suseno Wirjawan adalah mantan
Dirut PT Jakarta International Container Terminal,
mantan Dirut
PT Terminal Peti Kemas Koja, dan mantan deputi di BP
Migas. Rianto
Ahmadi Djojosoegito yang merupakan mantan Presiden
Direktur PT Allianz Life Indonesia. Satu lagi
seorang perempuan Marina Wirjawan.
Gita menikah
dengan Yasmin Stamboel (cucu dari pahlawan Otto Iskandar
Dinata) yang juga berlatar belakang yang
sama dengan Gita. Yasmin terakhir menjabat sebagai Director,
Analytical Manager and Team Leader – South and Southeast Asian Corporate and
Infrastructure Ratings di Standard & Poor's Credit Market Services,
Singapore. Saat ini dia adalah advisor di lembaga rating Pefindo dan Komisaris di XL
Axiata Tbk.
Yasmin
Stamboel adalah saudara dari Kemal Aziz Stamboel, Ketua Komisi I DPR RI periode
2009-2014 dari Partai PKS. Kemal pernah bekerja sebagai Presiden Direktur di
PricewaterhouseCoopers (PwC) Consulting Indonesia dan Country Leader di IBM Business Consulting Indonesia.
Jabatan
istri Gita di XL Axiata ini juga sebenarnya menarik ditelusuri sebab
Gita pernah menjadi advisor dan
profesional di STT (unit dari Temasek Singapura) yang membeli operator telekomunikasi XL dari Peter Sondakh.
Gita memulai
pendidikan dengan belajar Musik dan Matematika. Belakangan
banting setir mengambil mata kuliah Akuntansi, dan kemudian melanjutkan belajar Bisnis serta Administrasi Publik di Harvard University.
Gita
menghabiskan sebagian besar karir di perusahaan keuangan asing. Dan ini pula yang melambungkan namanya. Sebut
saja Citibank, STT, Goldman Sachs, dan terakhir JP Morgan. Tak heran orang selalu mengaitkan
beliau dengan Amerika, atau menyebut dengan rezim neolib atau kapitalis.
Ketika
bekerja di Goldman Sachs, Gita terlibat dalam divestasi Indosat kepada ST
Telemedia (STT). Saat itu, dia merupakan advisor
untuk ST Telemedia. Dia dianggap sebagai orang sukses dibalik deal besar dan kontroversial
ini. ST Telemedia kemudian mengangkat Gita menjadi Senior Vice President.
Kemudian dia diangkat sebagai Presiden Direktur JP Morgan Indonesia.
Agustus 2012, Gita dipercaya menjadi menteri perdagangan ketika terjadi reshuffle kabinet. Sebelumnya Gita menjabat sebagai Kepala BKPM sejak 2010.
Ancora Capital
Ketajaman
insting Gita teruji tahun 2008. Beberapa bulan sebelum krisis terjadi, dia
sudah meramalkan krisis dan memutuskan untuk meninggalkan JP Morgan. Dia bersama dengan Ivor Orchard (seorang dedengkot di JP Morgan) dan
Veronica Lukito
mendirikan sebuah private equity
bernama Ancora Capital dan menggalang dana untuk membeli
perusahaan-perusahaan yang mengalami masalah keuangan ketika terjadi krisis.
Ancora
Capital yang baru didirikan pada awal 2008 berhasil menghimpun dana investasi
dari para investor asal Timur Tengah, Malaysia dan Brunei Darussalam yang
mencapai $ 300 juta.
Dan
krisis itu kemudian benar-benar terjadi. Dalam hitungan bulan,
perusahaan ini mengambil alih sebagian saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk., PT
Bumi Resources Tbk, PT Multi Nitrat Kimia, perusahaan properti di Jakarta, dan
sebuah perusahaan properti di Bali.
Ancora
ada di balik penyelamatan bisnis keluarga Bakrie ketika terjadi krisis 2008.
Ancora mengambil alih hutang Bakrie kepada JP Morgan senilai $ 75 juta dengan
jaminan saham Bumi Resources. Dalam
hitungan bulan, saham BUMI melejit hingga dikabarkan Gita mendapatkan profit dalam
jumlah yang sangat besar. Aroma konflik kepentingan ada saat itu, sebab Gita
masih menjabat sebagai penasehat tidak tetap di JP Morgan.
Kontroversi
Ancora
Resources (OKAS) listing di BEI melalui metode backdoor tahun 2008. OKAS pernah dituduh melakukan manipulasi pajak
oleh sebuah LSM bernama Forum Masyarakat Peduli Keadilan. Gita berkelit dengan
mengatakan bahwa ia tidak pernah terlibat dalam operasional perusahaan.
Aktivitas
politik Gita tidaklah banyak terekam publik. Kedekatannya dengan Presiden SBY
sudah tak diragukan lagi. Kepiawaiannya bermain musik membuat SBY jatuh hati
kepada Gita dan menjadikannya anak emas. Gita juga berperan memfasilitasi putra
pertama presiden ketika mengambil S2 di Harvard.
Peran
Gita ketika bekerja sebagai banker
dalam privatisasi berbagai BUMN (Terminal Tanjung Priok, Indosat, dan Semen
Gresik) membuat publik sering mempertanyakan nasionalismenya. Kesan ini pula
yang sekarang berusaha diubah dengan mengeluarkan berbagai kebijakan perdagangan
yang pro dalam negeri, seperti pembatasan franchise
asing dan pembatasan impor barang tertentu.
Ancora
Land sempat juga disebut-sebut menerima aliran dana Bank Century. Tuduhan ini
memang sangat jauh dan terkesan berbau politis.
Karena jalinan
koneksinya yang luas di internasional, ia kerap
diminta pemerintah menjalin lobi dengan beberapa pemimpin dunia.
Perannya
yang banyak membantu investor asing juga sering dipertanyakan publik. Gita
selalu menjawab positif akan hal ini. Gita mengatakan bahwa itu adalah persepsi
yang salah, karena apa yang dia lakukan adalah untuk kebaikan bangsa karena
memungkinkan ekonomi untuk maju.
Gita
mengatakan bahwa kondisi di Indonesia itu mirip dengan membangun rumah tetapi
tidak memiliki cukup dana. Bangunan sudah hampir selesai sementara atap belum
selesai. Kemudian orang asing datang untuk mengulurkan tangan. Tentu saja,
dalam situasi bahwa kita harus menerima bantuannya. bagaimana kita bisa tinggal
di rumah tanpa atap?
Di
bidang sosial, Gita mendirikan Ancora Foundation yang banyak mengirimkan
pelajar ke Harvard dan Nanyang. Gita juga mendirikan Ancora Golf yang melatih
calon-calon pemain Golf professional.
Gita
sangat mencintai music jazz. Itu pula yang melatar belakanginya mendirikan Omega
Musik Production yang berhasil melejitkan nama Tompi dan Dewi Lestari. Bahkan pada
akhir tahun 2005, ia bermain dengan beberapa kelompok jazz top dunia di
Jakarta, yaitu Fourplay dan Bob James. Dia juga aktif mencipta lagu dan bermain
alat music piano, biola, gitar, bas, saksofon.
Gita
memang bisa hampir dikatakan sosok seorang Renaissance
Man yang hidup di era modern –terminologi yang digunakan untuk menyebut
manusia multi talent yang hidup di
era Renaissance, seperti Leonardo da Vinci. Bisa dikatakan dia memiliki
segalanya.
Karir
beliau terbilang cepat dan selalu berhasil mengesankan atasannya, termasuk
Presiden SBY. Tak heran dia selalu dipercaya untuk mengemban jabatan berikutnya
yang lebih tinggi. Apakah Gita akan kembali melejit menjadi orang nomor satu atau dua
di negeri ini? Hanya waktu yang akan menjawabnya.