"If anyone thinks that he is wise among you in this world, let him become a fool, that he may become wise." (1 Corinthians 3:18)
Alkisah di suatu wilayah pada abad ke-5, hidup
seorang ahli Matematika yang sangat terkenal dengan kepintarannya. Dia sering
ditanyai tentang masalah matematis yang berhubungan dengan ekonomi oleh
pemimpin daerah tersebut. Suatu hari dalam keramaian, dia berjumpa dengan kepala desa dimana dia
tinggal, dan kepala desa itu berkata kepadanya “Anda adalah seorang ahli
matematika dan ekonomi, namun putra Anda adalah seorang yang sangat bodoh, bahkan
membedakan mana yang paling berharga antara emas dan perak saja tidak bisa!”.
Hati sang ahli ini sangat sakit mendengar ucapan itu.
Untuk membuktikannya, Sang Ahli itu memanggil putranya tersebut dan
bertanya “Manakah yang lebih berharga antara Emas dengan Perak?”. Putranya
menjawab “emas!". Dengan heran Sang
Ahli kemudian berkata “Mengapa Kepala Desa berkata bahwa kau menganggap perak lebih berharga daripada emas? Hati saya sangat sakit karena seluruh
warga menertawakan kebodohanmu di depanku".
Putranya kemudian menceritakan apa yang terjadi
selama ini. “Setiap akan berangkat ke sekolah, kepala desa selalu memanggil saya
dan sengaja melakukannya di depan orang ramai, dia memegang koin emas di tangan
yang satu dan perak di tangan yang satu lagi, kemudian dia menyuruh saya untuk
mengambil pulang mana yang paling berharga diantara kedua itu, dan saya memilih koin
perak, bukan emas”. Kemudian dia menjelaskan bahwa kejadian tersebut terus terjadi setiap
hari dan orang ramai terus menertawakan kebodohannya. Dan semakin hari semakin
banyak orang yang datang berkumpul untuk menertawakan kebodohannya.
Sang ahli dengan sangat heran bertanya kepada
putranya “Kenapa kamu memilih perak sementara kamu tahu bahwa emas lah yang
paling mahal harganya?”. Sang Putra kemudian segera masuk ke kamar dan kembali
dengan membawa setumpuk koin perak dalam jumlah yang banyak dan berkata “Jika
saya memilih emas, maka permainan akan segera berakhir dalam sehari, sehingga saya tidak akan
dapat mengumpulkan koin perak sebanyak ini yang nilainya jauh lebih besar
daripada sekeping koin emas". Si Ayah terhenyak dan menyadari bahwa ternyata dirinya lah yang bodoh.
Ya, hal seperti ini nyata dalam kehidupan
sehari-hari. Ada orang yang sebenarnya punya kecerdasan jauh diatas rata-rata
namun bertingkah seperti orang bodoh atau konyol. Mungkin seseorang itu akan
bersikap seperti anak-anak atau berbicara asal-asalan seperti orang yang tidak
berpendidikan. Sebaliknya orang yang sebenarnya biasa-biasa saja tapi kelihatan
seperti orang maha tahu juga banyak di dunia ini.
Apakah ada yang salah dengan pemainan hidup seperti
itu? Sebenarnya tidak ada, itu hanya masalah strategi seseorang untuk
menghadapi permainan dalam hidup saja. Mungkin itu adalah oxymoron dalam kehidupan, ketika dua hal yang kontradiktif diperhadapkan dengan sengaja untuk menimbulkan semacam paradox. Yang menjadi pelajaran adalah: jangan pernah menganggap sepele
orang yang kelihatannya bodoh karena bisa jadi sebenarnya anda lah yang
benar-benar bodoh.