“It is not so very important for a
person to learn facts. For that he does not really need a college. He can learn
them from books. The value of an education is a liberal arts college is not
learning of many facts but the training of the mind to think something that
cannot be learned from textbooks”.
(Albert Einstein)
Saya sering
memikirkan kenapa para pemikir hebat yang tercatat dalam sejarah kebanyakan
muncul di Era Klasik yang berpusat di sekitar peradaban Mediterania, terutama Yunani dan
Romawi. Apa sebenarnya perbedaan situasi di zaman mereka dengan zaman modern
sekarang ini? Apakah memang sudah ada sekolah atau universitas yang hebat saat
itu sebagai tempat mereka belajar?
Ternyata
perbedaannya terletak pada sistem pendidikan. Pada Era Klasik dikenal dengan
istilah Liberal Arts, konsep belajar
dengan basic ilmu sosial, yang kemudian diarahkan ke minor
tertentu. Sementara di Era Modern, sistem belajar dari awal sudah lebih terspesialisasi
ke bidang tertentu.
Tiga subjek
utama yang dipelajari dalam Liberal Arts
dikenal dengan istilah Trivium,
yaitu: Grammar, Rhetoric, dan Logic. Pada
perkembangan berikutnya di Era Pertengahan (medieval),
empat subjek dengan istilah Quadrivium
ditambahkan, yaitu: Arithmetic, Geometry, Astronomy, dan Music. Keseluruhan Trivium dan Quadrivium inilah yang dikenal dengan istilah Seven Liberal Arts.
Pendidikan
dengan model seperti inilah yang dinikmati oleh kebanyakan pemikir dunia yang
tercatat oleh sejarah. Sistem pendidikannya memang sudah mempersiapkan
manusia untuk menjadi seorang pemikir yang kritis, dengan dasar yang kuat di
bidang ilmu humaniora dan science.
Bandingkan
dengan sistem pendidikan sekarang yang lebih mengarahkan manusia untuk belajar
dengan motif ekonomi atau uang. Otak kita hanya dicekoki ilmu di suatu bidang
tertentu, tanpa diarahkan dan diberikan kesempatan untuk mengetahui dan mempelajari
hal lain yang lebih
luas. Sistem
mengarahkan kita untuk memilih pendidikan yang kelak bisa menghasilkan uang
yang banyak sehingga bisa memberikan kemakmuran ekonomi. Tidak heran jika
Fakultas Kedokteran, Teknik, dan Ekonomi selalu kebanjiran peminat.
Beberapa
universitas di Amerika dan Eropa saat ini masih menyediakan pendidikan dengan model Liberal Arts sebagai mayor. Untuk Indonesia, sepertinya tidak
pernah ada model pendidikan seperti ini. Sistem kurikulum pendidikan kita
sangat spesifik mengarahkan ke minor tertentu.
Akibatnya, saat ini susah ditemukan sarjana yang
memiliki kemampuan menulis yang baik, yang tentunya harus dibentuk dengan konstruksi retorika
yang logis. Saat ini susah ditemukan sarjana yang memiliki kemampuan berpikir
filosofis yang tajam. Saat ini susah ditemukan orang yang mampu memetakan
karakter manusia secara psikologis dan budaya.
Saya pribadi,
dengan pengalaman hidup saya yang masih sedikit, menganggap bahwa itu adalah
suatu kemunduran. Kita tumbuh menjadi manusia dengan
perspektif dan wawasan yang sangat picik. Kebenaran yang terbentuk di pikiran
kita hanya dibentuk oleh kebenaran hasil konstruksi orang lain atau hasil
konstruksi mayoritas. Manusia modern sangat gampang diarahkan ke sudut pandang
tertentu. Kita kehilangan kemampuan untuk berpikir secara independen dan bebas
nilai.
Manusia semakin
kehilangan kemanusiaannya. Keseharian kita diisi oleh kultur hidup pop
yang serba instan dan praktis. Kita kehilangan kepekaan perasaan karena
tidak memiliki waktu untuk seni.
Bukankah seni itu sebenarnya berfungsi untuk memanusiakan manusia?
Debat zaman
sekarang sangat tidak berbobot karena hanya berisi argumentasi kosong yang
lebih menonjolkan kekuatan nada berbicara dan minus etika. Sebagai contoh
buruk, silahkan anda lihat salah satu talkshow
yang dipandu oleh jurnalis senior yang katanya lulusan terbaik Fakultas
Hukum UI. Anda juga bisa melihat Senayan sebagai contoh buruk. Sebagai contoh
yang baik, silahkan anda lihat Forum Sugeng Surjadi di TVRI.
Membahas sedikit
tentang dinamika peradaban, hipotesa juga berbicara bahwa peradaban memang
selalu mengalami maju mundur sepanjang kehadiran manusia di planet Bumi.
Peradaban tidaklah bergerak maju secara terus menerus dengan konsisten. Bahkan
ada spekulasi ekstrim yang mengatakan bahwa mungkin sebenarnya sudah ada
peradaban manusia yang sangat maju - yang melebihi kemajuan peradaban kita pada
detik ini - sebelum awal peradaban yang tercatat sekarang. Jika bukti tentang
hal ini sudah ditemukan, beberapa agama mungkin akan kehilangan legitimasinya.
0 comments:
Post a Comment