Jika malam hari tiba, kebanyakan unit-unit di apartemen itu gelap gulita tanpa lampu penerangan, pertanda tidak sedang ditempati atau tidak ada aktivitas kehidupan di dalamnya. Pengamatan saya sekilas menunjukkan bahwa tidak sampai setengah dari unit apartemen tersebut yang berpenghuni. Namun, unit yang tidak berpenghuni itu bukan berarti tidak ada pemilik. Fakta ini kontras dengan penjualan unit properti, termasuk apartemen, yang selalu kebanjiran pembeli. Pengembang memberikan harga setinggi apapun, selalu habis dilahap calon pembeli.
Apartemen-apartemen yang kosong atau tidak ada penyewa
itu menunjukkan bahwa sebenarnya permintaan yang tinggi itu tidak bersumber
dari kebutuhan yang tinggi. Atau bisa jadi juga sebenarnya sisi supply dan demand sama-sama tinggi, namun masalah pricing yang tidak cocok membuat kedua sisi itu tidak match dalam pasar. Artinya penawaran
memberikan harga yang terlalu tinggi, sementara permintaan hanya mampu pada
harga yang lebih rendah. Jadi transaksi tidak akan pernah terjadi antara kedua pihak. Sangat disayangkan mengingat masih banyaknya masyarakat yang tidak memiliki tempat tinggal layak huni.
Ada
kecenderungan pasar properti hanya dijadikan ajang spekulasi untuk mendapatkan
keuntungan dari kenaikan harga yang berlipat-lipat. Properti sudah beralih dari
fungsi dasarnya sebagai hunian atau perkantoran menjadi salah satu instrumen
investasi atau asset investment class, tak
ada ubahnya dengan simpanan deposito di bank. Atau tidak ada ubahnya dengan
anda membeli emas batangan dan menyimpannya dalam deposit box.
Itu mungkin merupakan
gambaran keadaan pasar properti di kawasan Jabodetabek saat ini. Tanah berkembang
menjadi komoditas yang sangat mahal. Harga tanah dan properti naik secara
masif, bahkan ada yang mencapai 100% dalam setahun. Harga tanah IDR 5 juta per
meter di kawasan pinggiran Depok bukan lah sesuatu mengherankan. Konsultan
properti Knight Frank mencatat, rata-rata harga properti residensial mewah di
Jakarta pada 2012 adalah USD 3.746 (IDR 35 juta) per meter.
Di salah satu
kompleks perumahan di Grand Depok City, rumah satu lantai dengan luas bangunan
38 m2 dan luas tanah 90 m2 ditawarkan seharga IDR582 juta. Dan tragisnya rumah
ukuran 38 ini sebenarnya masih terbilang kecil dan sederhana. Kompleks perumahan ini pun
sebenarnya bukan lokasi yang strategis untuk kawasan Depok.
Dalam skema kredit
yang ditawarkan, jika pembeli membayar DP 10%, maka cicilan bulanan untuk 3
tahun adalah IDR 15,9 juta. Saya rasa harga ini sudah tidak waras, tidak banyak
warga Jabodetabek yang beruntung mampu memiliki penghasilan sebesar itu dalam
sebulan. Dan Itu adalah
akibat ulah pengembang yang menggoreng untuk melambungkan harga setinggi
mungkin. Tanah yang mungkin dulu mereka beli hanya 50 ribu per meter2, sekarang
disulap menjadi 5 juta. Fantastis!
Sebagai
konsekuensi logis, kinerja keuangan perusahaan properti juga ikut meroket
sepanjang tahun 2012. Terimakasih kepada rating investment grade Indonesia yang
membuat mereka mudah mendapatkan dana dari pasar modal dan memperluas akses ke
pasar keuangan global. Mayoritas perusahaan properti mencetak kenaikan laba
bersih diatas 50% untuk tahun 2012. Sebagai contoh, Modernland Realty
membukukan kenaikan laba bersih 252%, Bumi Serpong Damai (BSDE) naik 53%, Alam
Sutra Realty naik 101,7%.
Data Statistik
Perbankan Indonesia yang dikeluarkan oleh BI juga menunjukkan kredit yang
dialirkan ke sektor ini juga meningkat tajam. Angka Kredit Pemilikan Rumah (KPR)
naik 33,1% per Desember 2012 dibandingkan Agustus 2011, Kredit Pemilikan Ruko
naik 53,8%, dan Kredit Pemilikan Apartemen (KPA) naik 112,8%. Peningkatan yang
luar biasa, terutama untuk KPA.
Harga saham emiten
properti di Bursa Efek Indonesia (BEI) juga menjadi idola akibat kenaikan harga
yang fantastis. Jika dibandingkan sejak awal 2012 hingga saat ini, saham Lippo
Karawaci naik 92,3%, Bumi Serpong Damai naik 88,4%, Summarecon naik 103%, Ciputra
Development naik 109%, Alam Sutra Realty naik 152%, Ciputra Surya 224%. Ini
adalah return spektakuler yang
puluhan kali diatas deposito.
Dalam ilmu behavioral finance, ada istilah Herding,
diturunkan dari kebiasaan membawa, menggiring, atau memindahkan sekelompok
hewan peliharaan secara bersama-sama dalam satu kelompok yang dituntun oleh
seorang gembala. Perilaku sekumpulan hewan itu cenderung seragam dan searah,
tidak akan ada yang menyimpang dari kawanan. Perilaku herding ini merupakan naluri hewan untuk bertahan hidup menghindari
pemangsa.
Teori dalam
istilah Herding ini mungkin sedang
terjadi dalam pasar properti di kawasan Jabodetabek saat ini. Perusahaan
properti berlomba-lomba ekspansi membanjiri suplai kawasan hunian dan
perkantoran, dengan mengandalkan kekuatan marketing. Titik perputaran uang ada
di sektor itu, maka yang lain pun mengikuti masuk ke pusat perputaran uang.
Para marketer
juga terus terpacu memasarkan unit-unit demi mengejar fee, mengingat kecilnya pendapatan yang mereka peroleh jika hanya
mengandalkan gaji tetap.
Porsi belanja
modal (capital expenditure)
perusahaan properti untuk ekspansi dan membeli landbank baru juga terus meningkat signifikan. Dan belanja modal
ini juga mayoritas dibiayai oleh efek hutang, baik pinjaman perbankan maupun
bentuk obligasi. Dan ini juga adalah hal yang harus diwaspadai karena rawan
dengan default ketika kekacauan
ekonomi mulai terjadi.
Bank dunia
sudah memperingatkan akan potensi bubble
ini dalam laporan Indonesia Economic
Quarterly yang dirilis 18 Maret 2013. Indikatornya adalah terjadi kenaikan
harga dan kredit properti yang signifikan sepanjang tahun 2012, terutama di
sektor apartemen, ritel, perkantoran, serta kawasan industri di Jakarta. Bank Dunia
mencatat, harga jual apartemen di Jakarta sampai akhir 2012 sudah naik 43% dibanding
akhir 2011. Pertumbuhan kredit kepemilikan apartemen (KPA) juga melejit 84% di
periode yang sama. Begitu pula kenaikan harga jual perkantoran yang mencapai
43% di periode serupa. Harga sewa kawasan industri juga menanjak hingga 22% di
periode yang sama.
Di sisi lain, Indonesia
Property Watch (IPW) menilai pernyataan Bank Dunia soal ancaman bubble pasar properti Indonesia terlalu
berlebihan. Mereka berargumen bahwa pasar properti memang naik signifikan
selama tiga tahun terakhir, namun yang terjadi bukan bubble, melainkan overvalued,
yaitu selisih harga sebesar 15%-20% antara pasar primer dan pasar sekunder. Ini
saya maklumi sebab lembaga IPW ini tidaklah cukup kredibel untuk didengarkan.
Analis saham
sektor properti yang saya tanyakan juga menyatakan bahwa sektor ini belum bubble dan masih memberikan rekomendasi buy. Saya perhatikan tidak banyak lagi analis di
Indonesia yang berangkat dari pemikiran skeptis. Ahh...memang profesi mereka
sudah lama kehilangan kredibilitas kok di mata saya. Saya sudah tidak pernah memedulikan
opini mereka. Saya tahu mereka hanya memikirkan berapa banyak gaji dan bonus
yang akan mereka bawa pulang, tidak ubahnya seperti middle class workers yang lain.
Opini yang
berkembang selama ini bahwa tanah dan properti adalah aset yang harganya pasti
naik. Kita boleh setuju, namun fakta di Amerika sudah mematahkan pendapat ini
ketika terjadi krisis subprime mortgage
2007. Ini mungkin memang kejadian black
swan, tetapi siapa yang menjamin hal itu tidak mungkin terjadi di
Indonesia? Toh di era globalisasi dan dunia yang semakin kompleks ini, peluang
terjadinya penyimpangan dari konsensus dan model konvensional semakin besar.
Saya memang
belum berani 100% mengatakan bahwa sektor properti Indonesia sudah bubble. Saya hanya menyesalkan ekspansi agresif yang berlebihan dan tidak bertemunya harga permintaan dan penawaran dalam pasar properti akibat pengembang yang menggoreng harga. Saya juga belum mengukur secara
kuantitatif apakah fenomena over-investing
sudah terjadi di sektor ini.
Tetapi orang bijak berkata: Apa yang naik pasti akan turun, dan itu hanya menunggu waktu. Untuk
mengacaukan sekawanan hewan dalam fenomena herding
itu, hanya butuh satu ekor yang melenceng dari jalur, atau hanya butuh
hujan deras yang tiba-tiba turun. Mari kita tunggu.
5 comments:
Analisa yang bagus bung, apalagi kalau dibawahnya ditulis reference link-nya... Sehingga bagi yang tertarik dengan masalah ini bisa langsung mencari sumbernya.
Thanx
Thanks untuk masukannya. Salam..
klo punya akses coba di cek siapa yang membeli apartemen 2 baru. pengalaman di salah satu apartemen di semanggi, ternyata sudah di borong oleh developer 2 lain. jadi sudah membeli dari tangan ke dua.
klo punya akses coba di cek siapa yang membeli apartemen 2 baru. pengalaman di salah satu apartemen di semanggi, ternyata sudah di borong oleh developer 2 lain. jadi sudah membeli dari tangan ke dua.
http://creampembersihjerawatmuka.blogspot.com/2014/09/salon-kecantikan-rambut-murah.html
MANTAP ARTIKEL NYA KANG MAS...MEMBUKA WAWASAN KITE SEMUA BRAY...SALAM SUKES SEMU DARI JUAL OBAT PEMBERSIH JERAWAT
Post a Comment