Sektor farmasi adalah sektor yang kurang mendapat perhatian dari investor. Tidak seperti saham emiten tambang yang selalu berfluktuasi dengan tajam, saham farmasi cenderung kurang likuid. Berdasarkan data historis di BEI, saham emiten farmasi hanya bergerak aktif di saat tertentu saja. Misalnya saat merebaknya kekhwatiran penyebaran virus flu babi. Atau saat nilai tukar rupiah berfluktuasi tajam.
Profitabilitas perusahaan farmasi memang mempunyai eksposur yang sangat tinggi terhadap nilai tukar rupiah. Lebih 90% bahan baku untuk obat-obatan berasal dari impor. 75% diantaranya berasal dari China, 20% dari India, dan sisanya dari Eropa. Hal tersebut mengakibatkan tingginya harga jual produk farmasi di dalam negri.
Sebenarnya, saham perusahaan farmasi sangat menarik untuk dikoleksi mengingat besarnya omset penjualan. Saat ini, nilai pasar obat di Indonesia lebih dari US$ 0,5 miliar atau sekitar Rp 23 trliun. Penguatan nilai rupiah yang diprediksi akan terus terjadi juga akan meningkatkan laba bersih perusahaan farmasi.
Namun, investor juga harus jeli dalam memilih saham perusahaan mana saja yang menarik untuk dikoleksi. Dari 9 emiten farmasi di BEI, hanya 3 saham yg aktif diperdagangkan yaitu : PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) , PT Kimia Farma Tbk (KAEF), PT Indofarma Tbk (INAF). Sedangkan 6 saham farmasi lainnya selama ini cenderung tidur, seperti : Darya Varia Laboratoria Tbk (DVLA), PT Merck Tbk (MERK), PT Pyridam Farma Tbk (PYFA), PT Schering Plough Indonesia Tbk (SCPI), PT Bristol-Myers Squibb Indonesia Tbk (SQBB), PT Tempo Scan Pacific (TSPC). Dalam tulisan ini, kita hanya fokus membahas 2 emiten yaitu : KLBF dan KAEF. Emiten INAF tidak kita bahas karena sampai Q3 2009 masih membukukan rugi bersih sebesar Rp. 44 miliar lebih.
1. PT Kalbe Farma Tbk (KLBF)
KLBF adalah perusahaan multinasional yang didirikan pada tahun 1966 dan bermarkas di Bekasi. Perusahaan mempunyai 4 segmen bisnis yaitu : obat resep, produk kesehatan, produk nutrisi, serta pendistribusian obat-obatan. Saat ini, Kalbe Farma merupakan perusahaan farmasi terbesar yang listed se Asia Tenggara. Kapitalisasi saham perusahaan ini di bursa per 16/12/2009 mencapai Rp. 7,2 triliun.
Diantara perusahaan farmasi lainnya, KLBF merupakan yang paling besar dilihat dari asset dan pendapatan. Saat ini, jumlah asset dan pendapatannnya lebih dari Rp. 6 triliun.
Namun bila kita lihat dari nilai buku, harga saham perusahaan saat ini cenderung sudah mahal. Book Value perusahaan ini hanya 400, sementara harga saham pada penutupan 16/12/2009 sudah mencapai 1310. Jadi harga pasar saat ini sudah jauh diatas nilai buku.
Grafik Harga Saham KLBF 2 Tahun Terakhir
Harga saham tertinggi untuk tahun ini ada pada bulan Agustus di level 1380. Harga penutupan 16/12/2009 adalah 1310. Jadi untuk jangka pendek, mungkin masih ada peluang harga saham naik. Secara umum, harga saham ini sudah pulih ke harga awal sebelum krisis sehingga harga sahamnya kurang menarik relatif dibandingkan saham farmasi yang lain.
2. Kimia Farma (KAEF)
Kimia Farma merupakan pioner dalam industri farmasi Indonesia. Cikal bakal perusahaan dapat dirunut balik ke tahun 1917, ketika NV Chemicalien Handle Rathkamp & Co., perusahaan farmasi pertama di Hindia Timur, didirikan. Sejalan dengan kebijakan nasionalisasi eks perusahaan-perusahaan Belanda, pada tahun 1958 pemerintah melebur sejumlah perusahaan farmasi menjadi PNF Bhinneka Kimia Farma. Selanjutnya pada tanggal 16 Agustus 1971 bentuk hukumnya diubah menjadi Perseroan Terbatas, menjadi PT Kimia Farma (Persero). Sejak tanggal 4 Juli 2001 Kimia Farma tercatat sebagai perusahaan publik di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya
Perusahaan ini berdomisili di Jakarta dan memiliki unit produksi yang berlokasi di Jakarta, Bandung, Semarang Watudakon (Mojokerto), dan Tanjung Morawa - Medan. Perusahaan juga memiliki satu unit distribusi yang berlokasi di Jakarta. Pada tahun 2003, Perusahaan membentuk 2 (dua) Anak Perusahaan yaitu PT KF Trading & Distribution dan PT Kimia Farma Apotek yang sebelumnya masing-masing merupakan unit usaha Pedagang Besar Farmasi dan Apotek. Hasil produksi Perusahaan saat ini dipasarkan di dalam negeri dan di luar negeri, yaitu ke Asia, Eropa, Australia, Afrika dan Selandia Baru
Berdasarkan laporan keuangan Q3 tahun 2009, perusahaan membukukan penjualan sebesar Rp 1.917.849.795.391 dan laba bersih sebesar 1.917.849.795.391. Angka rasio EPS untuk perusahaan ini adalah 4,84.
Yang sangat menarik dari emiten ini adalah valuasi yang masih sangat rendah jika dilihat dari sisi nilai buku (book value). Aset perusahaan ada sebesar 1.612.448.752.231, dan jumlah saham yang beredarnya 5.554.000.000 saham. Berdasarkan perhitungan, BV adalah sebesar 173. Sementara harga saham pada penutupan perdagangan tanggal 16/12/2009 ada di level 126. Jadi peluang harga saham ini untuk menguat masih sangat besar.
Saat ini, perusahaan sudah mengoperasikan 370 apotik dengan pola kerjasama. Pada tahun depan, perusahaan menargetkan penambahan 100 outlet apotek dengan pola waralaba dan diharapkan bisa berkontribusi terhadap pertumbuhan penjualan dari bisnis apotek.
Perusahaan juga telah menjajaki kerja sama dengan perusahaan farmasi dari China yang menganggap Indonesia cukup potensial. Hari Jumat (18/12/2009) perusahan dari China ada yang akan datang kepada untuk membciarakan kelangsungan kerjasama. Nantinya kerja sama itu dapat berbentuk impor produk, membuka pabrik ataupun membuat joint venture.
Grafik Harga Saham KAEF 2 Tahun Terakhir
Tahun ini, harga saham mencapai titik tertinggi pada bulan Juni pada harga 169. Melihat gambar pergerakan saham KAEF diatas, sangat besar peluang bagi harga saham untuk kembali ke titik tertinggi tersebut dalam jangka waktu menengah. Dan bila ditarik ke jangka waktu yang lebih panjang lagi, saham akan berpeluang menuju 300 dengan target waktu satu tahun.
Arman Boy
Associate Analyst Vibiz Research Centre
0 comments:
Post a Comment