Kita patut mengangkat
jempol kepada tim ekonomi pemerintah yang mampu menjaga pertumbuhan Indonesia
tetap positif di tengah guncangan eksternal. Krisis ekonomi dari kawasan Euro
dan penurunan harga komoditas memang masih mewarnai pergerakan ekonomi global tahun ini. Guncangan
politik dalam negeri juga sangat berwarna tahun ini, namun relatif tidak
berpengaruh ke perekonomian, bukti bahwa aktivitas ekonomi belum terpengaruh
gonjang-ganjing politik.
Kilas balik 2012
Indonesia memang telah
muncul menjadi idola bagi para investor global dalam beberapa tahun terakhir,
mereka menyebut dengan istilah “investor darling”. Optimisme terhadap
Indonesia didukung oleh limpahan sumber daya alam, tenaga kerja yang relatif
murah, dan pertumbuhan masyarakat kelas menengah. Peningkatan stabilitas
politik dan implementasi reformasi yang sukses, juga menjadi faktor yang paling
utama yang memicu stabilitas makro. Seluruh duniapun mulai melirik dan
memuja-muja Indonesia.
Kekuatan ekonomi yang
berbasis domestik sudah terbukti mampu mengatasi pelemahan yang terjadi dari
luar, walaupun kinerja ekspor memang ikut tertekan akibat penurunan harga
komoditas global. Capaian pertumbuhan ekonomi diatas 6% mampu dicapai dengan
laju inflasi yang tetap terjaga ditengah kontraksi dan perlambatan yang dialami
beberapa negara yang memiliki eksposur kuat terhadap Eropa dan Amerika Serikat.
Laju positif ini ditopang oleh sektor konsumsi yang tinggi dan dikombinasikan
dengan sektor ekspor dan investasi.
Rating investment grade
pun berhasil diraih dari Moodys dan Fitch, membuat aliran modal
terus masuk ke dalam negeri. Rating layak Investasi membawa pengaruh besar ke dalam
negeri, laju investasi asing terus meningkat mencapai rekor posisi tertinggi. Data
BKPM mencatat peningkatan laju aliran investasi asing ke Indonesia, bahkan
mencapai rekor tertinggi sepanjang sejarah. Realisasi total penanaman modal (Domestic Direct Investment/DDI+Foreign Direct Investment/FDI) pada Q3
2012 adalah sebesar IDR81,8 triliun, terjadi peningkatan sebesar 25,1% bila
dibandingkan dengan capaian periode yang sama pada tahun 2011 (IDR65,4
triliun).
Data Euromoney Country Risk
(ECR) juga menunjukkan bahwa resiko Indonesia terus mengalami penurunan
sepanjang tahun ini, bergerak sejalan dengan India. Loncatan besar dalam
penurunan resiko terjadi ketika Indonesia mendapatkan rating investment
grade pada akhir 2011 – awal 2012.
Tahun 2012 juga ditandai
dengan keberanian pemerintah mengeluarkan regulasi yang kontroversial namun
bertujuan yang positif untuk jangka panjang. Satu kata yang tepat menggambarkannya
adalah resource nationalism yang semakin meningkat, walaupun sebenarnya
mungkin nasionalisme yang sempit. Pembatasan kepemilikan kepemilikan di
perbankan, pembatasan dan pelarangan ekspor 65 bahan mineral tambang, dan
pembatasan waralaba asing membuat dunia usaha sempat terkejut.
Kebijakan ekonomi politik yang yang ragu-ragu juga
mewarnai tahun ini. Pemerintahan yang didukung mayoritas rakyat ternyata tidak
menjamin pemerintah lebih berani mengeluarkan kebijakan non-populis. Ketidakberanian
pemerintah mencabut subsidi BBM menjadi isu panas, padahal ini adalah hal
kritis jika ingin menyelamatkan ruang anggaran pemerintah pusat.
Program ambisius yang tertuang dalam Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) yang awalnya sempat
dipandang pesimis juga ternyata mampu berjalan, setidaknya terlihat dari
beberapa proyek yang sudah ground-breaking. Keseriusan pemerintah
menggarap sektor infrastruktur Indonesia sudah terlihat.
Di bidang politik, 2012
ditandai dengan menurunnya popularitas The Ruling Party Partai Demokrat
akibat kasus korupsi yang menimpa tokoh-tokoh partai, bukti kebenaran
tesis the power tends to corrupt. Kekuasaan koruptif ini membuat
masyarakat sudah jenuh dengan kondisi perpolitikan Indonesia, yang sekaligus
membuka peluang untuk munculnya partai politik yang bisa menawarkan hal baru.
Pola pikir masyarakat Indonesia memang masih mengharapkan sosok ratu adil yang
mampu menyelamatkan nasib rakyat.
Profil Indonesia di mata
dunia juga sudah meningkat, Indonesia mulai dianggap dalam diplomasi level
internasional. Kita dapat melihat dari peran sentral Presiden SBY maupun
delegasi-delegasi dari Indonesia dalam forum-forum internasional akhir-akhir
ini. Indonesia semakin memiliki posisi tawar yang seharusnya berdampak positif
untuk bangsa.
Tantangan Indonesia ke depan
Dan tahun depan, tantangan
Indonesia masih sangat banyak, ada berbagai macam alasan yang membuat kita bisa
optimis dan pesimis terhadap Indonesia.
Kesenjangan antara sektor makro
dan riil masih menjadi permasalahan dalam negeri. Mekanisme transmisi kebijakan
moneter yang tidak berjalan masih menjadi tren yang tidak teratasi di
Indonesia. Suku bunga yang tinggi dan tidak mampu mengikuti interest rate
policy dari Bank Sentral adalah permasalahan yang harus dipecahkan. Sebab
apapun ceritanya, mesin pertumbuhan ekonomi riil adalah uang, yang tentunya akan
efektif jika suku bunga pinjaman perbankan masuk akal.
Keraguan sudah mulai timbul
ditengah optimisme yang mulai membesar. Indonesia berada di persimpangan saat
ini: apakah akan terus melaju atau malah akan terjatuh di landasan sebelum
sempat mencapai kemapanan? Konflik horizontal masih sering terjadi di masyarakat,
dan pemerintah terlihat tidak memberikan perhatian khusus. Ini adalah masalah
yang serius, seharusnya pemerintah tidak boleh membiarkan begitu saja.
Regulasi yang tidak jelas
dan penuh keragu-raguan juga membuat beberapa investor asing mulai pesimis
melihat iklim investasi Indonesia. Masalah yang pengusaha hadapi di Indonesia
biasanya terkait dengan tumpang tindih dan penafsiran peraturan oleh instansi
pemerintah yang berbeda. Sudah kita saksikan sendiri bahwa regulasi pemerintah
tak lebih dari sekedar untuk menuruti tuntutan publik tanpa memiliki tujuan
jangka panjang yang jelas.
Penyakit kronis korupsi
juga masih menjadi hambatan utama pembangunan di Indonesia.
Demonstrasi buruh juga
terus bermunculan. Kadin mengemukakan bahwa beberapa perusahaan asing berencana
untuk menghentikan produksi di Indonesia akibat situasi perburuhan yang tidak
bersahabat. Mereka mengeluhkan akan tenaga kerja yang tidak memiliki skill
tetapi banyak tuntutan. Indonesia sudah tidak kompetitif dibandingkan dengan
Vietnam dan Kamboja.
Tahun 2013 juga akan
ditandai dengan perpindahan regulator sektor keuangan dari BI dan Bapepam-LK ke
lembaga Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Kita berharap banyak terhadap peran
regulator baru ini semoga mampu membawa efisiensi ke dalam sektor keuangan.
Tahun depan situasi politik
akan memanas menyambut pemilihan presiden 2014. Beberapa kandidat sudah
mengambil ancang-ancang saat ini. Diperkirakan situasi akan terus memanas,
bahkan aroma tekanan politik tidak sehat sudah mulai terasa di tahap awal
verifikasi partai politik saat ini.
Afrika Selatan baru saja
mendapatkan musibah penurunan rating dari BBB+ menjadi BBB oleh S&P pada tahun
ini akibat aksi mogok berkepanjangan oleh para pekerja pertambangan, termasuk resiko
pemilu parlemen dan presiden Afsel di tahun 2014 nanti. Sebulan sebelumnya,
Moody’s juga menurunkan rating dari A3 menjadi Baa1.
Ada kemiripan antara
Indonesia dengan Afrika Selatan saat ini. Ada kemungkinan, Indonesia juga akan
mengalami nasib atau musibah yang sama. Terasa masih ada persoalan struktural
mendasar yang harus dibenahi di Indonesia, yang sebenarnya lebih kuat unsur
pola pikir dan mental.
Cheers to a new year and
another chance for us to get it right!